Tuesday, September 29, 2009

Gw, Anak Gaul, dan Facebook

Friendster, Facebook, Multiply adalah beberapa situs pertemanan yang makin marak di internet. Akibatnya, orang-orang jadi berlomba-lomba meng-eksis-kan diri di profile mereka. Menampilkan foto-foto mereka paling ok adalah salah satu caranya. Bahkan beberapa gaya foto akhirnya menjadi trend dan dengan cepat ditiru pemilik profile lainnya. Misal, foto diambil dengan kamera hape dari atas kepala sambil nunduk-nunduk dan tersenyum simpul (kadang malah sama anak-anak ABG di-modif dengan nempelin jari telunjuk ke ujung bibir). Dan sekarang, foto-foto di party yang lagi jadi trend. Apalagi di situs pertemanan “muka buku” ini.

Gw sih merasa bukan orang yang ngikutin trend. Apalagi kalo rasanya trend itu emang ga cocok di gw. Tapi setelah terus-terusan browsing profile orang dan melihat foto-foto seperti itu, lama-lama gw berpikir, “Hm… kok kayanya eksis juga foto-foto begini.” Yah, akhirnya gw menjilat ludah sendiri dan mulai deh jepret sana jepret sini waktu clubbing. Setelah terkumpul banyak, foto-foto itu gw upload di profile gw. Niat gw ga macem-macem kok! Gw cuma pengen bisa temenan sama anak-anak eksis itu dan biar disirikin sama orang lain. Ngarep kalo ketemu mereka lagi ngopi-ngopi cantik di cafe atau party fabulous di club gw bisa bilang, “Ehaaaii..” sambil cupika cupiki.

Akhirnya semua persiapan selesai. Semua foto party udah di upload. Profile udah coba dibikin se-eksis mungkin. Mulai deh dengan antusias gw kirim anak-anak eksis itu message. Eh, ternyata message gw ga pernah dibalas. Kalaupun dibalas dan berlanjut ke chatting, mereka cuma merespon alakadarnya.

Gw : Ehhaaii… :)

Anak Gaul : hi

Gw : Gimana kabarnya..?

Anak Gaul : baik

Gw : Lagi dimana nih..?

Anak Gaul : rumah

Gw : Ohh…

Gw : …

Gw : Umm… gw off dulu ya. Ada perlu..

Anak Gaul : ok

Gw : Bye… :)

Gw : …

(Gw has sign out)


Gw merasa bodoh dan pathetic karena ngarep bisa menjadi seseorang yang memang bukan gw sebenarnya. Setelah semua penolakan traumatis itu akhirnya gw berpikir, “Ya sutra lah nek!”. Memang ada sebagian orang yang terlahir gaul. Sebagian lagi berharap bisa menjadi anak gaul. Daripada pegel berusaha menjadi mereka, akhirnya gw menunjukkan diri gw apa adanya. Dan inilah gw yang sebenarnya. Seorang (mantan) brondong culun, kurus, yang rajin minum tolak angin (akibat muter-muter naik motor), dan senang pembicaraan mengalir.

Di hari Minggu yang santai, biasanya gw habiskan waktu dengan menyeruput Teh Hijau Tjap Kepala Djenggot hangat sambil membaca Kompas Minggu. Koran ini sudah sekian lama menjadi sumber inspirasi gw dalam menulis. Terutama kolom Parodi oleh Samuel Mulia. Isinya emang sering ga penting sih. Cuma gw suka dengan gaya tulisan beliau yang sarat personality. Samuel sering menggunakan kosakata banci seperti, “Hyyuukk, jij, daah nek – daah nek” tanpa membuat orang-orang straight risih. Bahkan banyak orang-orang straight yang juga suka tulisannya dan rajin membacanya tiap minggu. Tanpa malu-malu, Samuel Mulia menelanjangi dirinya dalam tulisan. Tapi justru dengan tulisan lugu seperti itu membuat gw berkaca diri. Mungkin ia ingin menginspirasi orang lain agar tidak menjadi orang-orang pretentious.

Sejak kecil gw bercita-cita menjadi penulis. Sekarang, cita-cita tersebut ditambah menjadi seorang penulis yang karyanya dimuat di media massa terkemuka. Gw berharap suatu hari tulisan gw juga dapat menginspirasi orang lain atau sekedar membuat mereka cekikikan membacanya.

No comments:

Post a Comment